Membangun pemuda / pemudi untuk mengenal ajaran islam lebih dalam. Membina silahtuhrrahim terhadap semua elemen umat islam. Membangun sikap positif dan membuka wawasan umat tentang sistem dakwah dalam dunia islam. Memahami arti pentingnya fungsi lingkungan islami dalam membentuk pribadi umat masa depan. Menggapai ridho Allah dan syafa’at Rosulullah SAW sebagai hasil dari aktifitas kebaikan yang terus menerus sedang kita lakukan. Menjaga budaya Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan menjaga budaya islam yang diajarkan oleh orang tua kita terdahulu.

Sayyidil Walid: Kalau Ente Sudah Berdakwah Jangan Suka Jual Mahal



Sejarah membuktikan bahwa saya punya kakek Sayyidil Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf beliau adalah salah satu murid yang terkecil. Murid yang mengalami masa Habib Abdullah Kramat Empang Bogor.

Sayyidil Walid Habib Abdurrahman pernah bercerita:
"Ane termasuk orang luar yang bebas keluar masuk kamarnya Habib Kramat Empang"

Dan kami semua merasakan keberkahan Habib Kramat Empang Bogor dan saya punya kakek sangat cinta dengan Bogor apalagi dengan Kramat Empang Bogor. Bukti cinta beliau, beliau tidak mau meninggal dikuburkan di Jakarta, beliau mau dikuburkan di Bogor.

Jiddi Ahmad, saya punya kakek abah dari Sayyidil Walid Habib Abdurrahman beliau datang ke Hadroumaut berlayar ke Singapur, dari Singapur beliau sampai ke kota Bogor dan beliau sampai akhir hayatnya menetap di Bogor dan berkhidmat kepada kakeknya Habib Hasan yaitu Habib Abdulah bin Muhsin Alattas Kramat Empang Bogor.

Saya dapat kisah ini dari kakek saya Habib Ahmad, kisah ini dapat menjadikan pelajaran yang berharga untuk kita tentang betapa pentingnya berkhidmat, betapa pentingnya kita melayani guru, betapa pentingnya kita mengabdi kepada guru dan yakinilah bahwa guru-guru kita itu adalah mereka wali min auliya illah.

Yakini guru-guru kita yang masih hidup, masih istiqomah, yang sholeh-sholeh, apalagi para habaib kita yang sekarang ini yang sudah jelas.

Imam Syafii dan Imam Abu Hanifah beliau pernah berkata:
"Jika para ulama-ulama itu mereka itu bukan kekasih Allah, pasti Allah tidak memiliki satu kekasih pun"

Dulu tidak ada yang menyangka si fulan wali, habib itu wali, kiyai itu wali. Gak ada yang menyangka, ketika ia meninggal baru terkuak. Sebenarnya saya enggan, hati ini masih menangis dengan kepergian murobbi Sayyidil Walid Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf.

Walid itu adalah sosok abah, sosok guru, yang beliau sangat menghormati gurunya. Orang alim banyak di zaman kita, banyak orang alim tapi belum tentu barokah ilmunya. Walid punya guru banyak di antara guru beliau adalah Al Habib Ali bin Husein Alatthos. Kita tau Habib Husein bin Al yang memegang syir khalifah Habib Ali bin Husein.

Bagaimana Walid memposisikan dirinya sebagai murid dan memposisikan putra dari pada gurunya sedemikian rupa. Pernah sekali waktu menjadi catatan saya, kenapa Sayyidil Walid jika datang di acara gang Buluh di kediaman Habib Husein bin Ali Al Athos, beliau selalu datang lebih awal. Orang belum ramai, Walid sudah sampai duluan. Ini beliau mengadakan dua acara, malamnya maulid, paginya haul abahnya. Walid selalu datang duluan.

Tapi kalau Habib Husein bin Ali putra Habib Ali bin Husein, beliau kalau datang maulid akbar di Majelis Al Afaf di Tebet, beliau datang pas giliran orang sudah ramai baru datang. Sedangkan Walid datang duluan, kebalik gak?

Dan ini menjadi pertanyaan bagi saya, sampai saya tanya. Tapi maaf Habib Husein orangnya karim luar biasa tapi tegas. Dia kalau sudah marah, para habib menggelari beliau sebagai jendralnya habaib. Kalau Habib Husein bilang A, semua pasti bilang A Insya Allah. Termasuk Walid begitu juga.

Sekali waktu ane pernah dimarahi oleh Habib Husein di depan banyak orang, mohon maaf tidak ada maksud menjelek-jelekan beliau. Ini biar kita tau hakekatnya seorang murid memposisikan dirinya kepada putra gurunya. Diingat saat itu ane ngadu sama Walid, emang dibelain sama Walid? engga dibelain sama Walid.

Walid diem... sampai pada akhirnya, ane bertanya: "Walid... Walid kenapa sih, giliran acara di Habib Husein Walid datang duluan, setiap tahun begitu. Tapi kalau giliran Habib Husein datangnya belakangan, pulangnya duluan"

Walid cuman ngomong sedikit:
"Hai anakku... Habib Husein bin Ali itu anak guru Walid. sebagaimana Walid menghormati guru Walid Habib Ali bin Husein,.Walid wajib... gak boleh Walid telat"

Coba itu, sekali waktu dulu ada yang disebut 3 serangkai yaitu KH. Abdurrahman Nawi, Habib Husein bin Ali, Habib Ali bin Abdurrahman. Kalau kemana-mana acara bertiga sampai disebut 3 serangkai. Lalu ketika waktu Walid rupanya ada masalah, ngambek sama Habib Husein. Ngambek, Walid bilang: "Kalau ada Habib Husein bilang Walid tidur"

Bener datang, "Assalamu'alaikum" - Habib Husein

"Walaikumsalam" - Habib Ahmad

"Mad, mana walid lu? bilangin Habib Husein dateng" - Habib Husein

"Bentar ya Habib Husein ane lihat dulu" - Habib Ahmad kebingungan

"Habib... Walid tidur" - Habib Ahmad

"Masa tidur... Habib Ali... Habib Ali..." - Habib Husein memanggil Habib Ali

Ketika menunggu beberapa saat... pulanglah Habib Husein.

Eh ternyata ngambeknya cuman sehari doang, sehari doang ngambeknya. Begitu 2 hari kemudian ternyata Habib Ali dan Habib Husein udah jalan berdua kemana-mana sehingga ane tanya: "Walid kenapa, Walid kok udah jalan lagi, udah baik lagi dengan Habib Husein?"

"Iyee mad, Walid kemarenan itu malem mimpi, mimpi berjumpa dengan abahnya Habib Husein, Habib Ali bin Husein Al Athos. Walid di tegor sama Habib Ali. Habib Ali mengatakan "Yaa Ali... jangan tinggalin anak ane Habib Husein, kalau dia punya salah habib yang minta maaf sama ente""  - jawab Sayyidil Walid

Beruntung kita, kita punya guru orang-orang yang luar biasa. Sanad keilmuannya tidak diragukan.

Walid seminggu sebelum meninggal masuk RS. Abdi Waluyo. Kemudian didatangi beberapa muridnya dan situ ada umi saya. Walid sudah ketergantungan akan oksigen sudah hampir dua tahun, jadi kalau mau tidur pakai oksigen. Karena detak jantung beliau bermasalah, kalau sedang tidur beberapa sekian detik berhenti detak jantungnya. Lalu walid membuka masker oksigennya ingin menyambut dua orang muridnya yang datang.

Walid itu kalau sama tamu, jangankan orang islam, orang kristen aja pakai kalung salib ditemenin duduk. Secapek-capeknya walid tidak pernah namanya "ane capek ye" sampai tamunya yang malu hati sampai pamit. Walid tidak pernah yang namanya nemenin tamu siapa aja ditemenin.

Ketika dibuka masker oksigennya untuk berbicara sedikit menyambut kedatangan kedua muridnya yang mau izin pamit mau umroh, lalu walid mengatakan sambil matanya ke atas "Ana melihat surga... dan semua yang bersama ana sekarang dan murid-murid ana insya Allah akan berada di surga". Ini bisyaroh untuk kita

Walid sayang sama Habib Hasan sampai-sampai walid pernah mengatakan "Habib Hasan itu menyambut walid". Jarang walid itu sampai membanggakan seseorang sampai berbicara kepada saya. Dan sayangnya, kasiannya kepada Habib Hasan itu seperti anak.

Saya tahu persis, walid itu lembut, dakwahnya lembut, semua lapisan cocok menerima dakwah Sayyidil Walid. Dan walid ada seoarang wali min auliya illah yang mastur.

Suatu ketika beliau memiliki kawan bernama dr.Ismail, dr.Ismail ini di tahun 2016 yang lalu bermuzakaroh. Beliau kalau hari rabu itu mengajar Syarah Ihya Ulumudin dan Fathul Bari'. Dan beliau juga sering bermuzakaroh bukan hanya dr.Ismail, dengan Habib Abdullah Ba'abud.

Lalu datanglah dr.Ismail...
dr.Ismail belum pernah datang ke Jakarta, belum pernah datang ke Indonesia.

Atas undangan walid, Syeikh Ismail ini datang. 

Begitu mendekati Jakarta sebelum landing beliau tertidur, dalam tidurnya dr.Ismail bermimpi melihat Syeikh Mutawalli Sya'rawi seorang ulama besar ahli tafsir lalu disampingnya ada Sayyidil Walid. Ini Syeikh Ismail belum pernah melihat wajah walid secara langsung, karena sering berinteraksi menelepon dengan skype 2016 pernah melihat wajah walid sudah kenal.

Syeikh Mutawalli Sya'rawi mengatakan kepada dr.Ismail yang sedang menafsirkan satu ayat yang beliau minta, "Di samping saya adalah salah satu wali min auliya illah". lalu Sayyidil Walid mengatakan pun demikian "Ini disamping saya beliau adalah salah satu wali min auliya illah mina sholihin".

Cerita ini beliau ceritakan pada saat bertemu datang berjumpa dengan walid di satu mobil berjalan ngurut kaki Syeikh Ismail yang sedang sakit kakinya di Pulo Jahe oleh H. Hasbullah. Ketika yang menyupiri adalah salah satu muridnya, Ustadz Abdul Rozaq langsung disumpah "Hai Abdul Rozaq, jangan kau ceritakan ini cerita kepada siapapun sebelum walid meninggal dunia atau walid sampai meninggal dunia."

Walid ketika mimpi berjumpa dengan Rasulullah SAW, beliau jarang cerita kepada anak, tapi beliau bercerita kepada anak cucunya. Diantaranya anak saya Abdul Qodir ketika memijat walid mengatakan kepada Abdul Qodir, "Hai Abdul Qodir... kakekmu ini sering bermimpi Rasulullah SAW, sering bermimpi Rasulullah SAW, tak terhitung Abdul Qodir... Kau percaya atau engga?"

Bahkan dicirikan dan dikasih tahu, Rasulullah SAW itu kalau ketemu walid ditutupi dengan sorban berwarna hijau. Wajahnya terang...

Jangan tinggalkan guru antum, jangan tinggalkan ini majlis. Ini majlis penuh asror wal madab. Yang istiqomah antum, tidak ada yang bisa kita andelin selain amal kita kecuali madab dari guru-guru kita. Pertolongan dari guru-guru kita.

Kalau Sayyidil Walid guru-guru kita mampu memberikan pertolongan dzohir saat mereka masih hidup di dunia apalagi sudah meninggal dunia mereka lebih mudah lagi menolong kita.

Tahun 2000 yang lalu, ada seorang Ustadzah Bahijah Hamid istri dari KH. Yazid Romli beliau adalah salah satu murid kesayangan walid dan walid juga sangat sayang kepadanya. Beliau membeli tanah untuk pondok pesantren di daerah Citayam. Saat itu ketika sedang mengurus surat-surat dimintai sama lurahnya 200 juta, ini 20 tahun yang lalu. Mungkin harga tanah sama ngurusin surat-surat mahalan surat-suratnya. Lalu terpaksa RW tidak berani ngadepin ini lurah karena lurah ini preman, tatoonya banyak.

Saat itu pergilah suami-istri menghadap sang lurah, ketika itu lurah memakai singlet dan terlihat banyak tatonya membuat ustadzah Bahijah ketakutan lalu KH. Yazid Romli menenangkan beliau dengan mengatakan "Tenang, sama-sama makan nasi"

Ketika sedang ngobrol-ngobrol...

"Begini pak lurah, saya mau surat-surat saya diberesin minta tanda tangan" - Ustadzah Bahijah

Wah saya bukan lurah, saya kepala desa, kalau lurah ada gajinya" - Pak Lurah

Lalu cerita, ngobrol-ngobrol...

"Saya mah begini-begini nih biar tatoan banyak saya kalau maulid itu hadir dan dateng. Saya pun duduk disamping Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf" - Pak Lurah

Begitu mendengar nama Sayyidil Walid, dikasih unjuk fotonya

"Ini pak kades? Habib Ali yang di Tebet" - Ustadzah Bahijah

"Iya, itu mah guru saya" - Pak Lurah

Langsung Ustadzah Bahijah mengirim pesan ke Sayyidil Walid
"Assalamu'alaikum habib, tolong dong habib telpon Bahijah sekarang penting banget habib"

5 menit kemudian telpon walid...

Senang Ustadzah Bahijah, langsung dikasih minta tolong supaya mendapatkan keringanan dari harga 200 kalau memang dia kades ini mengaku murid walid, sering ketemu walid, kalau duduk maulid juga disamping walid.

Ketika menerima telepon dari Sayyidil Walid ngomong panjang lebar dia tidak mengucapkan apa-apa kecuali beres habib, beres habib, beres habib. Udeh ngomongnya beres aja, selesai tutup.

"Mana yang mau di tanda tangan?" - Pak Lurah sambil menandatangani

Selesai tanda tangan, "Berapa Pak Kades?" - Ustadzah Bahijah

"Udah gak usah bayar, bawa pulang" - Pak Lurah

Ini kades ngotot minta duit 200 juta kalau engga, gak mau tanda tangan. Lalu Ustadzah kasih deh kepelin 2 juta. Dari 200 juta hanya bayar 2 juta, lumayan gak?

Lalu Ustadzah Bahijah ini girang luar biasa, begitu urusan problemnya selesai langsung laporan ke walid. "Habib terima kasih banyak habib, walid sudah nolongin saya.... kalau engga habib, aduh aneh harus bayar 200 juta bib"

Ustadzah Bahijah sms, walid langsung telepon kata walid "Boro-boro ane baca sms, ane engga sms ente nelpon malah ane jawab engga Bahijah"

"Terus siapa yang nelpon walid? kalau bukan walid yang nelpon, suara walid, nomor walid" - Ustadzah Bahijah

Walid hanya senyum aja, emang walid biarpun udah diakhir umurnya ada orang ngundang dimana aja gak pernah nolak. Walid prinsipnya nyenengin hati. Beliau berpesan kepada saya "Mad... Hai Ahmad, kalau ente sudah berdakwah jangan suka jual mahal apalagi pasang tarif nanti ente gak ada yang mau. ente jual murah gak laku". Banyak gak yang model begitu? 

Apa yang terjadi antara Ustadzah Bahijah ini, apa namanya? karomah? atau madad?

Inilah madad, inilah bentuk karomah dari Sayyidil Walid dan banyak lainnya.

Mudah-mudahan antum memandang alfaqir, antum memandang cucu-cucu Habib Kramat Empang Bogor, semuanya cucu-cucu Rasulullah SAW.

Baca juga :




Subscribe to receive free email updates:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *