Membangun pemuda / pemudi untuk mengenal ajaran islam lebih dalam. Membina silahtuhrrahim terhadap semua elemen umat islam. Membangun sikap positif dan membuka wawasan umat tentang sistem dakwah dalam dunia islam. Memahami arti pentingnya fungsi lingkungan islami dalam membentuk pribadi umat masa depan. Menggapai ridho Allah dan syafa’at Rosulullah SAW sebagai hasil dari aktifitas kebaikan yang terus menerus sedang kita lakukan. Menjaga budaya Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan menjaga budaya islam yang diajarkan oleh orang tua kita terdahulu.

Belum Disuruh Udah Gerutu di Hatinya, Gimana Disuruh?



Kalau kita berbuat baik sama wali-walinya Allah, kita berbuat baik sama keluarganya Nabi Muhammad SAW, maka kebaikan itu akan kembali kepada kamu sendiri.

Siapa yang memukul, maka dipukul. Siapa yang membantu, maka dibantu. Pribahasa itu umum, bukan untuk si A atau si B. Kalau kita bilang karma, sudah pasti karmanya ada. Begitu juga kalau kamu berbuat baik untuk agama Allah SWT apalagi buat junjungan Nabi Muhammad SAW.

Jangan kamu kira, kita punya datuk-datuk tidak tahu kerjaan kamu. Mereka tahu, Allah SWT sudah bilang

وَ لَا تَحۡسَبَنَّ الَّذِیۡنَ قُتِلُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ اَمۡوَاتًا ؕ بَلۡ اَحۡیَآءٌ عِنۡدَ رَبِّہِمۡ یُرۡزَقُوۡنَ

Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup di sisi Tuhannya mendapat rezeki. (QS. Ali Imran : 169)

Mereka itu tahu, mereka lihat kamu punya kerjaan kepada ahlul beytnya. Tentu yang diberikan terbaik, mereka akan melayani esok di akhirat terbaik. Kalau kamu melayani malas-malasan, maka kamu di akhirat akan dilayani malas-malasan. Pembalasan bagaimana perbuatannya.

Bukan Habib maksa-maksa kamu untuk ngaji, maksa-maksa kamu berbuat baik, buat bener, buat rajin, buat istiqomah. Buat kamu semua di akhirat bisa bertemu dengan Nabi Muhammad SAW.

Di zaman Syekh Umar Bahmarahmah kalau ingin menjadi murid, datang orang itu ke Syekh Umar.
Murid: "Ya Syekh, ana ingin jadi murid ente"
Syekh Umar: "Boleh... Ente lompat dulu dari gunung ke bawah"

Baru datang syaratnya itu.

Itu di zaman Syekh Umar, bagaimana di zaman kita sekarang? Misalnya satu saja ane pilih sebagai contoh ane tabok, dalam hatinya jangan ane jangan ane. Udah suudzon, belum ane pilih udah suudzon. Bagaimana mau mendapatkan syir, mau dapat barokah, kalau ada sangka di dalam hatinya. 

Misalnya satu saja ane pilih sebagai contoh ane tabok, dalam hatinya jangan ane jangan ane. Udah suudzon, belum ane pilih udah suudzon. 

Lihat dari kisah Syekh Umar, secara manusiawi dia tidak terima di tabok tapi hatinya tidak begitu. Hatinya tuh cinta, bahkan karena ada ilmu dia bilang, "ane bakal ikutin antum Ya Habib, asal ada jaminan untuk keturunan ane". Di doain tuh keturunannya jadi orang sholeh, di doain hartanya pada berkah, itu orang pinter.

Bukan di repotin sama habaib, gerutu. Kebanyakan jaman sekarang seperti itu. Misalnya:

"Hadirin... Istiqomah..."

Gerutu

"Hadirin... Bulan maulid, tiap kepada nyumbang sejuta"

Gerutu

Padahal baru omongan.

Orang tua kita jaman dulu tidak ngajarin suudzon, makanya Allah SWT bilang dalam al Qur'an

مَنَ الرَّسُوۡلُ بِمَاۤ اُنۡزِلَ اِلَيۡهِ مِنۡ رَّبِّهٖ وَ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ‌ؕ كُلٌّ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَمَلٰٓٮِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ ۚ لَا نُفَرِّقُ بَيۡنَ اَحَدٍ مِّنۡ رُّسُلِهٖ‌ ۚ وَقَالُوۡا سَمِعۡنَا وَاَطَعۡنَا‌ ۖ غُفۡرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيۡكَ الۡمَصِيۡ

Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Dan mereka berkata, "Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali." (QS. Al Baqarah : 285)

Belum disuruh udah gerutu di hatinya, gimana disuruh?

Jadi kalau kamu mau berkah guru, jangan pakai mencak. Lari nanti gurunya. 
Berkah guru lari, ilmu guru lari, cahaya guru lari karena kamu mencak duluan.

Kok begini sih bib? kok begini sih stad? kenapa begini? kenapa begitu? kebanyakan bertanya. Orang yahudi tuh kebanyakan bertanya, sama Nabi Musa as bertanya melulu. Akhirnya tuhannya akalnya karena kebanyakan bertanya.

Lihat sahabat baginda Nabi Muhammad SAW, Nabi SAW baru turun dari langit Isra wal Mi'raj ramai mencari Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW kasih kabar, "Ane abis ketemu Allah SWT, ane abis jalan-jalan ke langit ketujuh, ane lihat surga, lihat neraka".

Intinya, Sahabat aja tidak bisa jujur sama sahabatnya. Tapi lihat ini belum cerita, baru dengar kata orang. Nabi Muhammad SAW belum bilang, baru denger kata orang bahwa Nabi SAW baru Isra wal Mi'raj.

Apa kata Sayyidina Abu Bakar? Ane percaya kalau yang ngomong adalah Nabi Muhammad SAW.

Begitulah kalau sahabat seperti itu. Bukan denger kata orang, di bumbuin sahabatnya. Ada gak yang seperti itu? banyak. Jangan seperti itu, kalau sahabat ngomongin yang tidak-tidak samperin nasehatin. Nanti cepat atau lambat bakal balik kepada kamu. Kalau gak ke kamu, kepada anak kamu. Kalau gak ke anak kamu, ke cucu kamu. 

Jadi kita baik aja sama orang. Kita doain aja. Dia jahat sama kita, biarin aja yang penting kita jangan jahat sama orang.

Jadilah kita pengikut setia Baginda Nabi Muhammad SAW. Ini akhir zaman, gimana caranya supaya kita setia? jangan jauh-jauh dari keluarga Nabi Muhammad SAW.
Baca juga :




Subscribe to receive free email updates:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *