Membangun pemuda / pemudi untuk mengenal ajaran islam lebih dalam. Membina silahtuhrrahim terhadap semua elemen umat islam. Membangun sikap positif dan membuka wawasan umat tentang sistem dakwah dalam dunia islam. Memahami arti pentingnya fungsi lingkungan islami dalam membentuk pribadi umat masa depan. Menggapai ridho Allah dan syafa’at Rosulullah SAW sebagai hasil dari aktifitas kebaikan yang terus menerus sedang kita lakukan. Menjaga budaya Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan menjaga budaya islam yang diajarkan oleh orang tua kita terdahulu.

Para Auliya Itu Orang Paling Baik, Jadi Kamu Jangan Pernah Ragu


Para Auliya Itu Orang Paling Baik, Jadi Kamu Jangan Pernah Ragu

Apakah di zaman sekarang ada seseorang seperti Syekh Ali bin Abdillah Baros? Mereka yang mendapatkan madad, asror, anwar, qulum, nafahat dan wabarakat dari guru-guru mereka. Kita kenal Syekh Said bin Isa Al Amudi beliau adalah murid Sayyidina Faqihil Muqoddam Muhammad bin Ali Ba'alawy dengan kemuliaan hati beliau yang erat dengan Faqihil Muqoddam sehingga seluruh perabotan-perabotan isi rumah Faqihil Muqoddam ada pada Said bin Isa Al Amudi. Syekh Said bin Isa bukan habaib, tapi semua habaib ke rumah Syekh Said bin Isa karena disana terdapat kopiahnya Sayyidina Muqoddam Muhammad bin Ali Ba'alawy.

Coba kamu bayangkan, seseorang yang bukan keturunan Nabi SAW kalau dia punya ta'aluk kepada gurunya maka Allah berikan fadhol (kemuliaan) kepada dirinya. Sehingga semua habaib berta'aluk kepada dirinya. Semua habaib mengambil berkah darinya.

Siapa yang tak kenal Syekh Ali bin Abdillah Baros, beliau bukan seorang habaib tapi bagaimana Habib Umar memuliakan Syekh Ali bin Abdillah Baros. Sampai orang yang membaca ratib tapi tidak menyebutkan nama Syekh Ali Baros membuat Habib Umar tidak senang. Bikin Habib Umar tidak demen sama yang baca ratib. 

Gimana guru menaruh syir kepada muridnya padahal itu murid bukan habaib. Nah sekarang mana Syekh Said bin Isa Al Amudi dan Syekh Ali Baros di zaman ini? Kamu-kamu ini harusnya menjadi Syekh Said bin Isa Al Amudi dan Syekh Ali Baros, kuncinya punya hati yang bersih sama gurunya. Dia tidak meyakini sesuatu yang hebat kecuali gurunya, itu yang pernah dialami Syekh Ali Baros. Pernah datang Nabi Khidir as berbondong-bondong orang datang ke Imam Haddad kecuali Syekh Ali Baros, kata Habib Umar, "Ya Ali Baros, itu ada Nabi Khidir di Imam Haddad datang sana". Jawab Syekh Ali Baros, "Tidak, ana menunggu antum saja disini". Bagaimana hatinya lebih memuliakan gurunya daripada Nabi. Padahal siapa yang tidak mau bertemu dengan Nabi Khidir dan ternyata benar Nabi Khidir tidak datang dahulu ke Habib Abdullah Al Haddad melainkan datang ke Habib Umar bin Abdurrahman Al Attas. Tidak ada siapa-siapa di rumah Habib Umar kecuali Syekh Ali Baros, maka Syekh Ali Baros dapat doa dari Nabi Khidir as.

Inilah yang dibilang kalau orang ingin menjadi Syekh Ali Baros punya hati ta'aluk kepada gurunya. Yang bisa menjadikan hati kita seperti Syekh Ali Baros itu kecuali baik kepada gurunya. Tidak punya pikiran kecuali baik sama gurunya. Ini yang menjadikan seseorang mulia seperti Syekh Said bin Isa Al Amudi dan Syekh Ali Baros.

Zaman sekarang, apa isi pikiran kamu? jadi jangan disalahkan bacaannya, kamu baca ratib haddad, ratib athos, simtudurror, basaudan dan lain-lain kok hajat saya tidak qobul-qobul. Kamu punya hati busuk sama guru kamu. Ini yang menyebabkan zikir ratib kamu, zikir sholawat kamu tidak naik ke hadapan Allah SWT karena hati kamu busuk kepada guru kamu. 

Bagaimana kamu membeli dagangnya dia tapi kamu hina-hina dia padahal kamu belinya dari dia. Orang yang sudah beli tentu dia tidak akan hina karena dia sudah beli. Begitulah seorang murid, kalau sudah datang ke tempat gurunya tidak ada hati kecuali cinta, tidak ada hati kecuali sayang dan tidak ada hati kecuali pandangan ridho.

Bagaimana kamu menghadapi wali Allah kalau kamu menghadapi guru kamu punya hati seperti bangke, naudzubillah. Kalau kamu menghadapi wali lalu punya hati bangke, maka hari itu juga Allah tutup mata hatinya. Kalau itu yang kamu hadapin itu wali. Kalau yang kamu hadapin Habib Umar bin Abdurrahman Al Athos, pulang kamu bisa menjadi orang kafir kalau kamu suudzon. Kalau sama wali-wali Allah berurusan sama Allah. Kalau dengan guru, berurusan dengan futuhnya dia. Kalau dia punya hati baik, niat baik kepada gurunya maka akan dimudahkan urusan dunianya dan akhiratnya. Tapi kepada wali Allah, sebagaimana Imam Habib Abdullah bin Abdulqodir Bilfaqih, "Aku jamin murid ku 3: kalau dia tidak menjadi wali Allah, dia menjadi seorang alim. Kalau dia tidak menjadi orang alim, dia menjadi orang kaya asal tidak lain di hatinya adalah saya. Yang miskin-miskin koreksi di hatinya ada apa?"

Bagaimana kamu menjadi wali kalau isi hati kamu bangke dan najis. Boro-boro ngarepin wali, ini jadi orang alim apalagi jadi orang kaya. Kamu kerja dari pagi pontang panting miskin aja kelihatannya. Periksa itu hati, bangke semua isinya dikarenakan kita punya rasa masih meragukan kepada guru kita. Itu yang mulia (Habib Abdullah bin Abdulqodir Bilfaqih) jika marah kepada muridnya, "Kamu jika tidak nurut kata saya, keluar dari sini besok masuk neraka jahanam". Terus kita mau suudzon sama wali qutub? wah mending pindah guru. Yang kaya begini murid jahanam. Dimarahin sedikit, pindah guru ini murid jahanam. Dimarahin sama gurunya lalu tidak rela hatinya, dia pindah guru lalu diomongin gurunya, "Gue ngapain ngaji disono, diomelin mulu kerjaannya.". Ini lebih jahanam dari firaun.

Bagaimana kamu bisa mendapatkan maghom seperti Syekh Said bin Isa Al Amudi dan Syekh Ali Baros jauh. Itu Habib Alwi Bogor, bapaknya qutub yaitu Habib Muhammad bin Thohir. Bapaknya wali qutub tapi anaknya diserahkan ke Habib Abdullah bin Muhsin Al Attas. Padahal kalau ngikutin qutub, abahnya juga qutub, abahnya juga wali, kenapa diserahkan ke Habib Abdullah bin Muhsin? karena Habib Muhammad bin Thohir tau kalau Habib Abdullah bin Muhsin adalah wali. Udah begitu anaknya mau, kalau ikut sehari, dua hari masih mending. Ini sampai meninggal di bawah kaki Habib Abdullah bin Muhsin. Padahal kuburan abahnya bagus dan besar tapi dia pilih gurunya. Apakah dia tidak cinta sama abahnya? cinta. Tapi begitu husnudzonnya Habib Alwi kepada Habib Abdullah bin Muhsin.

Sunan Kalijaga itu cuma nungguin tongkat gurunya di kali 30 tahun. Jangankan disuruh nunggu tongkat, sekarang aja ngedumel, "Ini jam berapa nih kelarnya." . Sunan Kalijaga belum diajari ilmu fiqih dan lainnya baru disuruh nunggu aja sama gurunya Sunan Bonang, "Kamu jangan kemana-mana sampai saya dateng. Jagain ini tongkat saya". Coba bayangin 30 tahun dan coba saya suruh kamu nunggu sampai subuh, udah pasti ada yang beli nasi rendang, ada yang beli indomie, ada yang beli kopi karena tidak sabar.

Karena itu kamu jangan muluk-muluk ingin jadi wali, orang alim besar, orang kaya, orang terkenal tapi pelit, beresin dulu hati kamu gimana punya hati terhadap orang yang kamu hormati dan cinta. Kalau Sunan Kalijaga bisa dikenal seluruh orang di Indonesia sebab gurunya nyuruh jagain tongkatnya. Syekh Said bin Isa Al Amudi sebab Imam Faqihil Muqoddam sampai hari ini kata Habib Muhammad bin Husein riwayat dari kakeknya Habib Ali Bungur, "Itu seseorang kalau didatangi Faqihil Muqoddam, sebelum didatangi Faqihil Muqoddam, wali-wali itu didatangi oleh muridnya Syekh Said bin Isa lebih dahulu. Tanda bahwa dia akan menjadi wali."

Orang tidak akan bisa bertemu Rasulullah SAW kecuali bertemu dahulu dengan Sayyidina Ali bin Abi Tholib. Orang tidak bisa bertemu Faqihil Muqoddam sebelum bertemu dahulu dengan Syekh Said bin Isa Al Amudi. Menandakan begitu sayang para auliya-aliya Allah SWT kalau orang tersebut sayang kepadanya.

Jadi jangan salah, kamu sayang kepada orang-orang seperti kita (ulama) kakek kita tidak diam. Dia lihat dan tahu siapa yang menyayanginya. Rasa yang kamu berikan kepada cucu-cucunya bersama sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Jadi jangan sampai kamu punya rasa kecuali kebaikan. Ini para salaf yang mengajarkan karena para auliya tidak melihat pakaian kita yang dilihat adalah hati kita. Kalau hati-hati kita betul-betul ada kecintaan kepada mereka tidak perlu kamu bilang, "Ya Habib Hasan... Doain saya, saya lagi punya hajat A, B.... Z." dengan kecintaan kamu Allah akan kabulin urusan-urusan kamu semuanya.

Hati tidak bisa bohong. Jangan salahin Habib Hasan, habib-habib lain yang kamu bacakan bacaan yang kamu baca selain bagaimana hati kamu terhadap mereka. Kalau terhadap mereka hati kamu baik, kamu tidak akan tau orang baik sebaik-baiknya orang. Kite orang baiknya dari sebaik-baiknya orang. Kamu baik 1 kali, kita akan kasih 100 kali. Kamu jangan ragu, ini perkataan Syekh Abubakar bin Salim.

Para auliya itu orang paling baik, jadi kamu jangan pernah ragu sama orang yang paling baik. Kalau kamu ragu, bagaimana bisa nyambung dengan Nabi Muhammad SAW. Cara satu-satunya untuk kamu nyambung dengan Nabi SAW dengan merebut kecintaan mereka. Jangankan merebut kecintaan mereka, kita saja bisa cinta aja kita beruntung. Tidak punya hati jelek aja, beruntung. Gimana sampai mereka cinta sama kita. Mereka akan cinta kalau kita baik sama cucu keturunannya. Beramal dengan amal-amal yang mereka baca. Berbuat dengan perbuatan yang mereka lakukan dari kebaikan-kebaikan. Maka mereka akan cinta kepada kita.

Kenapa kalau salaf sebelum ziarah ke kuburnya pasti ziarah ke munsibnya, karena disitulah sohibul maghom meletakan syir, inayah, rinayah, pandangannya disitu beliau bertemu dengan Nabi Muhammad SAW, bertemu dengan sahabat Nabi Muhammad SAW dan munsib itu adalah darahnya. Makanya kalau kita ke Hadramaut ke munsibnya dahulu baca qosidah baru kita ziarah ke shohibul maghom nandain bahwa bekasnya dia aja ada syir. Sampai sekarang masih ada tempat tidurnya Syekh Abubakar bin Salim, rumahnya masih ada, sumurnya masih ada, ngedatengin dulu peninggalannya sebelum ngedatengin kuburannya. Disitu nazrohnya para auliya yang bikin auliya-auliya Allah yang kita ziarahin bangun.

Habib Hasan bilang ke Habib Muhammad bin Muhsin, "Bib ana mau ziarah ke Habib Abdullah bin Muhsin". Kata Habib Muhammad, "Ente sholat dulu 2 rokaat di kamar Habib Abdullah bin Muhsin. Abis itu ente minta doa sama njid lu dulu Habib Husen". "Tiap minggu ketemu padahal" dalam hati waktu itu. Ternyata itu syaratnya kalau orang mau ketemu shohibul maghomnya. Kaya saya, kemarin ke Tanggul saya cari anaknya Habib Sholeh Tanggul, padahal perempuan, cuman mau ambil hati Habib Sholeh Tanggul.

Kita semua belajar tentang tasawuf bagaimana kita bisa tersambung dengan Nabi Muhammad SAW, agar bisa sambung kepada auliya-auliya Allah kuncinya satu, hati kita musti rapih, hati kita musti bersih, jangan merasa hebat, merasa kuat, merasa bisa, merasa punya kemampuan, jangan kita punya merasa-merasa kita ini tiada daya upaya. Di badan kita ini tai mulu, karena badan kita semua kotoran. Bagaimana supaya tidak jadi tai, deketin orang-orang yang Allah SWT ucapin sebelumnya Syekh Abubakar bin Salim. Kata Syekh Abubakar bin Salim, "Kami ini orang-orang mulia, kalau mau kamu mendapatkan kemuliaan kami hadir di majelis kami duduk, cintai kami, jangan pernah ragu sama kami, jangan punya hati jelek lalu dikasih kemuliaan".

Karena kamu sudah mengambil cahaya orang-orang sholeh, tidak ada hati tuh jelek. Kalau kamu masih ada hati jelek, berarti ana pantes panggil ente tai atau ente pantes dipanggil tai karena hati ente tidak baik. Tapi kalau kamu punya hati baik dapet kemulian tidak akan kamu dibilang tai. Kalau yang muji Allah, para malaikat maka jadilah mereka Syekh Said bin Isa Al Amudi, Syekh Ali bin Abdillah Baros karena Allah dan para malaikat memuji. Kenapa Allah dan para malaikat memuji, karena dia mencintai orang yang dicintai Allah SWT.

Dikutip dari Habib Hasan bin Ja'far Assegaf, Basaudan 19062022
Baca juga :




Subscribe to receive free email updates:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *