Membangun pemuda / pemudi untuk mengenal ajaran islam lebih dalam. Membina silahtuhrrahim terhadap semua elemen umat islam. Membangun sikap positif dan membuka wawasan umat tentang sistem dakwah dalam dunia islam. Memahami arti pentingnya fungsi lingkungan islami dalam membentuk pribadi umat masa depan. Menggapai ridho Allah dan syafa’at Rosulullah SAW sebagai hasil dari aktifitas kebaikan yang terus menerus sedang kita lakukan. Menjaga budaya Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan menjaga budaya islam yang diajarkan oleh orang tua kita terdahulu.

Sikap Terbaik Menghadapi Fitnah Media


Sikap Terbaik Menghadapi Fitnah Media

Di sosial media, sebagian orang lebih tertarik menshare berita-berita dunia daripada yang berkaitan dengan agama dan akhiratnya. Lebih suka yang mengundang gelak tawa daripada yang mengingatkan kematian dan bekal amalan untuk akhiratnya. Mereka seakan-akan tidak sadar bahwa apapun yang mereka bagikan tidak luput dari pandangan Nya dan kelak akan bertanggung jawab.

Saran kami, kepada saudara-saudariku kalau mendengar berita-berita media atau mendapatkan berita gosip lewat pesan singkat, lewat WhatsApp, lewat Facebook atau media sosial lainnya, jangan mudah-mudahan untuk menshare atau menyebarkannya.

Ingatlah hadits berikut ini,
Dari Hafsh bin ‘Ashim, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

“Cukup seseorang dikatakan dusta jika ia menceritakan setiap apa yang ia dengar.” (HR. Muslim, no. 5)
Berarti dapat kita katakan, cukup seseorang dikatakan pendusta jika ia menshare setiap berita (yang tidak jelas) yang ia peroleh.

Sikap kedua: Menuduh orang berzina atau selingkuh itu bahaya.
Coba lihat, beberapa media mudah sekali menuduh jika ada pejabat -termasuk yang shalih dan baik- tertangkap tangan, pasti dikaitkan dengan ada wanita dalam penangkapan tersebut, lalu dikatakan “habis zina atau selingkuh”. Wallahul musta’an. Padahal yang buat berita dan opini ini tidak bisa mendatangkan bukti esek-esek atau perselingkuhan tersebut. Dan ingatlah menuduh selingkuh seperti itu berat, berat hukumannya di dunia dan berat siksanya di akhirat.

Allah Ta’ala berfirman,

وَالَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَأْتُوا بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاءَ فَاجْلِدُوهُمْ ثَمَانِينَ جَلْدَةً وَلَا تَقْبَلُوا لَهُمْ شَهَادَةً أَبَدًا وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nuur: 4)

Lihatlah yang menuduh tanpa bukti dihukum qazaf dengan 80 kali cambukan.
Apalagi dengan media yang senang berita dusta itu tersebar, dikatakan juga pada ayat selanjutnya pada surat An-Nuur,

إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آَمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nuur: 19)

Sikap ketiga: Jangan suka  menghina dan mencela
Salafus sholeh rahimahullah berkata,

وَكُلُّ مَعْصِيَةٍ عُيِّرَتْ بِهَا أَخَاكَ فَهِيَ إِلَيْكَ يَحْتَمِلُ أَنْ يُرِيْدَ بِهِ أَنَّهَا صَائِرَةٌ إِلَيْكَ وَلاَ بُدَّ أَنْ تَعْمَلَهَا

“Setiap maksiat yang dijelek-jelekkan pada saudaramu, maka itu akan kembali padamu. Maksudnya, engkau bisa dipastikan melakukan dosa tersebut.” 

Bagaimana jika kriminal yang dituduhkan tidak benar, hanya fitnah atau hanyalah jebakan?
Kita akan tahu akibatnya.

Sikap keempat: Doakan kebaikan bagi yang terfitnah.
Doakanlah dia! Apalagi itu adalah orang yang lahiriyahnya adalah orang shalih dan suka menebar kebaikan di mana pun, bahkan punya majelis taklim dan beberapa pesantren yang menyebar Islam yang benar.

Ingat sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang pernah disampaikan pada Abu Darda’ dan sampai juga pada Ummu Darda’,

دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لأَخِيهِ بِخَيْرٍ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ

“Do’a seorang muslim kepada saudaranya ketika saudaranya tidak mengetahuinya adalah do’a yang mustajab (terkabulkan). Di sisinya ada malaikat (yang bertugas mengaminkan do’anya kepada saudarany). Ketika dia berdo’a kebaikan kepada saudaranya, malaikat tersebut berkata : Amin, engkau akan mendapatkan yang semisal dengannya.” (HR. Muslim, no. 2733)

Sikap kelima: Belum tentu kita lebih baik darinya.
Jangan sampai kita sendiri merasa lebih baik dari orang yang punya kasus, hingga gampang-gampangan untuk menghina dan merendahkan.
Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka.” (QS. Al-Hujurat: 11)

Semoga Allah memberi taufik dan hidayah pada kita semua.
Baca juga :




Subscribe to receive free email updates:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *