Membangun pemuda / pemudi untuk mengenal ajaran islam lebih dalam. Membina silahtuhrrahim terhadap semua elemen umat islam. Membangun sikap positif dan membuka wawasan umat tentang sistem dakwah dalam dunia islam. Memahami arti pentingnya fungsi lingkungan islami dalam membentuk pribadi umat masa depan. Menggapai ridho Allah dan syafa’at Rosulullah SAW sebagai hasil dari aktifitas kebaikan yang terus menerus sedang kita lakukan. Menjaga budaya Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan menjaga budaya islam yang diajarkan oleh orang tua kita terdahulu.

Di Balik Serangan terhadap Karamah dan Dakwah Ahlusunnah


Di Balik Serangan terhadap Karamah dan Dakwah Ahlusunnah

Dalam dunia keislaman tradisional, diskusi tentang karamah dan legitimasi ajaran Ahlusunnah wal Jamaah sering kali menjadi pembahasan yang kompleks. Episode ke-86 dari Habab Podcast menghadirkan perbincangan mendalam antara Habib Abdullah bin Jafar Segaf dan Gus Ajir Ubaidillah, seorang dai muda yang aktif berdakwah melalui media sosial, mengenai pentingnya karamah, krisis ilmu, dan strategi menjawab narasi sesat di era digital. Artikel ini akan mengulas isi diskusi mereka sebagai refleksi penting bagi masyarakat awam dan praktisi dakwah.

Karamah sebagai Pilar Akidah Ahlusunnah

Karamah, dalam pemahaman Ahlusunnah wal Jamaah, adalah keajaiban yang diberikan oleh Allah kepada wali-Nya. Ini bukan mukjizat para nabi, namun tetap merupakan tanda kekuasaan Allah yang diberikan kepada hamba-Nya yang saleh. Gus Ajir menekankan bahwa mempercayai karamah adalah keniscayaan dalam akidah Ahlusunnah. Bahkan ulama besar seperti Ibn Taimiyah yang dalam banyak hal dianggap berbeda oleh kalangan tradisional mengakui dalam kitab fatwanya bahwa meyakini karamah para wali merupakan prinsip dasar Ahlusunnah.

Sebagai contoh, Al-Qur'an mengisahkan bagaimana Sayidah Maryam mendapatkan buah-buahan di luar musim, atau kisah Ashabul Kahfi yang tertidur selama 309 tahun tanpa kebutuhan fisik seperti makan dan minum. Ini menjadi dalil-dalil penting tentang eksistensi karamah.

Dakwah Melalui Media Sosial: Tantangan dan Peluang

Gus Ajir menyadari adanya kekosongan dalam dakwah digital yang tidak diisi dengan konten-konten berbasis kitab dan referensi otentik. Banyak narasi keagamaan yang bersifat emosional tanpa menyajikan data dan literatur. Menjawab tantangan tersebut, Gus Ajir mulai berdakwah melalui media sosial secara serius sejak setahun terakhir dengan pendekatan visual dan literasi berbasis kitab.

Ia menyampaikan isi kitab dengan menampilkan teks asli dan penjelasan yang pelan dan terstruktur. Respons dari netizen pun positif, terutama dari mereka yang sebelumnya hanya mengikuti arus tanpa memahami dalil. Banyak yang akhirnya menyadari bahwa amaliah yang mereka lakukan ternyata memiliki dasar syariat yang kuat.

Krisis Ilmu: Fenomena Belajar Instan

Salah satu tantangan besar yang diangkat dalam diskusi adalah fenomena krisis ilmu. Gus Ajir menyebut bahwa banyak orang zaman sekarang ingin belajar secara instan, tanpa talaqqi atau belajar langsung dari guru. Ini menyebabkan ilmu yang diperoleh dangkal dan mudah dipengaruhi oleh narasi sesat.

Imam Syafii pernah mengatakan bahwa pondasi keberhasilan dunia dan akhirat adalah ilmu. Tanpa belajar secara benar dari ulama, ilmu yang diperoleh tidak berkah. Ini juga ditegaskan oleh Ibnul Iraqi yang berkata, "Jangan ambil ilmu kecuali dari mulut para ulama."

Serangan Terstruktur terhadap Ahlusunnah

Diskusi ini juga menyinggung tentang adanya strategi yang sistematis untuk meruntuhkan kepercayaan terhadap ajaran Ahlusunnah wal Jamaah. Serangan pertama adalah terhadap nasab Rasulullah, lalu terhadap kitab-kitab rujukan, dan terakhir terhadap karamah para wali.

Gus Ajir menyebut bahwa ada pihak-pihak yang mencoba menggiring opini publik untuk menganggap cerita karamah sebagai tahayul. Hal ini diperparah oleh sebagian dai yang menyampaikan kisah-kisah karamah secara vulgar dan tidak proporsional. Akibatnya, publik mulai meragukan keabsahan karamah dan menganggapnya sebagai khurafat.

Namun, yang menarik adalah meskipun ada upaya-upaya semacam itu, banyak tokoh masyarakat dan bahkan ustaz-ustaz ternama yang mendukung dakwah Gus Ajir, termasuk mengirim pesan pribadi untuk meminta penjelasan tentang isu-isu keagamaan tertentu. Ini menunjukkan adanya kebutuhan besar masyarakat terhadap literasi keislaman yang kredibel dan bersumber dari ulama.

Solusi: Dakwah yang Terarah dan Edukatif

Dalam merespons tantangan ini, Gus Ajir mengambil pendekatan edukatif dengan menyampaikan dalil-dalil dari Al-Qur'an, hadis, ijma, qiyas, dan kalam salaf. Ia percaya bahwa dakwah yang to the point, pelan, dan penuh adab akan lebih mudah diterima, terutama oleh kalangan awam yang haus akan ilmu tapi bingung harus belajar dari mana.

Ia juga menekankan pentingnya memilih tempat dan waktu dalam menyampaikan materi dakwah. Tidak semua hal bisa disampaikan di ruang publik, apalagi yang berkaitan dengan aspek spiritual seperti karamah. Harus ada kehati-hatian agar pesan yang disampaikan tidak disalahartikan atau menjadi bahan olokan.

Hikmah dan Refleksi

Ketika ditanya tentang hikmah dari munculnya keraguan terhadap karamah dan nasab Rasulullah, Gus Ajir menjawab bahwa hal ini seharusnya menjadi bahan introspeksi bagi umat Islam. Di satu sisi, umat harus meningkatkan literasi ilmu; di sisi lain, para dai dan habaib harus lebih bijak dalam menyampaikan cerita-cerita spiritual.

Kisah-kisah karamah yang disampaikan tanpa adab akan menjadi pintu masuk bagi orang-orang yang ingin menyesatkan umat. Sebaliknya, jika disampaikan dengan benar, maka kisah-kisah tersebut bisa menjadi sumber inspirasi dan penguatan iman.

Penutup

Podcast ini menjadi contoh bagaimana diskusi yang berkualitas dan berbasis ilmu dapat menjawab tantangan zaman, terutama di tengah gempuran narasi sesat di media sosial. Kuncinya adalah konsistensi, keikhlasan, dan keberanian untuk menyampaikan kebenaran secara bijak.

Gus Ajir Ubaidillah telah menunjukkan bahwa dakwah digital bisa menjadi ladang amal yang luar biasa jika dilakukan dengan benar. Ia tidak hanya menjawab syubhat, tapi juga mengedukasi masyarakat agar kembali kepada literatur otentik dan ulama sebagai sumber ilmu. Dengan semangat ini, mudah-mudahan umat Islam semakin kuat dalam akidah dan tidak mudah terombang-ambing oleh isu-isu yang menyesatkan.
Baca juga :




Subscribe to receive free email updates:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *