Membangun pemuda / pemudi untuk mengenal ajaran islam lebih dalam. Membina silahtuhrrahim terhadap semua elemen umat islam. Membangun sikap positif dan membuka wawasan umat tentang sistem dakwah dalam dunia islam. Memahami arti pentingnya fungsi lingkungan islami dalam membentuk pribadi umat masa depan. Menggapai ridho Allah dan syafa’at Rosulullah SAW sebagai hasil dari aktifitas kebaikan yang terus menerus sedang kita lakukan. Menjaga budaya Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan menjaga budaya islam yang diajarkan oleh orang tua kita terdahulu.

Jangan jadi Orang Kelima



Dalam sebuah riwayat disebutkan:

َ كُنْ عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا أَوْ مُسْتَمِعًا أَوْ مُحِبًّا وَلَا تَكُنْ خَامِسًا فَتَهْلِكَ 

  1. Jadilah engkau orang berilmu, atau
  2. Orang yang menuntut ilmu, atau
  3. Orang yang mau mendengarkan ilmu, atau
  4. Orang yang menyukai ilmu. dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka

Meraih kemuliaan itu dengan jalan ilmu.

Allah berfirman,

یَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمۡ وَٱلَّذِینَ أُوتُوا۟ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَـٰتࣲۚ.

 "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." [Al-Mujadilah: 11]

Allah  telah menjanjikan setiap orang yang mempunyai ilmu akan ditinggikan derajatnya di atas manusia yang lain.

Berilmu menjadi mulia di sisi Allah karena ilmu akan menjadi pembimbing seseorang menuju kebaikan hidup, kesempurnaan iman, dan selanjutnya akan menuju ma'rifatullah, sebuah tingkat pengenalan manusia akan perintah-perintah Allah.

Ilmu yang dimiliki seseorang bisa menjadi alat untuk mengenal, mendekatkan diri pada Tuhannya, dan akan menjadi panduan bagi seseorang untuk hidup di dunia, menjauhi larangan-Nya dan menjadi panduan akan apa yang harus dilalui di dunia yang fana ini sesuai ketentuan-Nya.

Dengan ilmu, maka menjadi kokohlah keimanan sehingga muncullah sikap takwa, takut kepada Allah, taat pada hukum dan aturan serta akan hidup yang baik dan memberikan kontribusi positif bagi diri, keluarga, dan lingkungannya.

Seorang yang berilmu, akan menyuruh kepada kebaikan, mencegah dari keburukan. Bahkan, mereka digolongkan sebagai orang-orang beruntung, baik di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana tercermin dalam firman Allah, 

وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةࣱ یَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَیۡرِ وَیَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَیَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ وَأُو۟لَـٰۤىِٕكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ.

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung." [Ali ‘Imran : 104].

Sebaliknya dari berilmu adalah kebodohan.

Kebodohan dapat menjadi sebuah pedang yang tajam karena kebodohan merupakan penyakit hati. Kebodohan merupakan salah satu hal yang dibenci Allah dan Rasul-nya. Sebab kebodohan merupakan sifat yang amat disukai oleh setan.

Orang yang bodoh akan ilmu agama disebutkan oleh Allah sebagai seorang yang buta yang tidak bisa melihat kebenaran dan kebaikan. Allah berfirman,

أَفَمَن یَعۡلَمُ أَنَّمَاۤ أُنزِلَ إِلَیۡكَ مِن رَّبِّكَ ٱلۡحَقُّ كَمَنۡ هُوَ أَعۡمَىٰۤۚ إِنَّمَا یَتَذَكَّرُ أُو۟لُوا۟ ٱلۡأَلۡبَـٰبِ.

”Apakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta ? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran”. [Ar-Ra’d: 19].

Ayat ini menunjukkan bahwa yang sebenarnya memiliki penglihatan dan pandangan yang hakiki hanyalah orang-orang yang berilmu.

Adapun orang yang bodoh akan ilmu hakikatnya adalah orang yang buta yang berjalan di muka bumi tanpa dapat melihat.

Ancaman kerusakan telah disampaikan oleh Nabi صلى الله عليه وسلم,

إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ.

“Apabila perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah kiamat.” (HR. Al-Bukhari, 6015).

Kebodohan yang merata pernah terjadi sebelum datangnya Islam  sebagai zaman jahiliah, ketika itu banyak orang yang tersesat karena kebodohan.

Sehingga Allah mengutus Rasululloh Muhammad صلى الله عليه وسلم untuk membimbing manusia keluar dari kebodohan ini. Allah mensifati kebodohan sebagai sejelek-jelek jalan,

“Sesungguhnya sejelek-jeleknya binatang di sisi Allah adalah orang-orang yang tuli dan bisu (dalam menerima kebenaran), yaitu orang-orang yang tidak berakal.” [Al-Anfal : 22].

Kebodohan memiliki bahaya yang sebenarnya bahkan tidak disadari oleh kebanyakan manusia. Namun, akan sangat rugi setiap orang yang terperangkap dalam kebodohan.

Di akhir zaman, akan terjadi kerusakan yang parah disebabkan juga karena kebodohan.
Diantara tanda-tanda dekatnya Kiamat adalah hilangnya ilmu dan menyebarnya kebodohan.
 
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: 

مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ وَيَثْبُتَ الْجَهْلُ. 

‘Di antara tanda-tanda Kiamat adalah hilangnya ilmu dan tersebarnya kebodohan.” (HR Al-Bukhory, 178; Muslim, 222)

Para Ulama Salaf memberikan nasehat agar terhindar dari kebodohan yang sangat besar sekali bahayanya. 

قال مالك بن دينار رحمه الله :
كن عالمًا أو متعلمًا وإياك و الثالثة، فإنها مهلكة العقد ولا تكون عالمًا حتى تكون عاملًا، ولا تكون مؤمنًا حتى تكون تقيًا.

Berkata Imam Malik bin Dinar رحمه الله,

Jadilah kalian itu orang yang berilmu atau orang yang mencari ilmu, dan janganlah menjadi orang yang ketiga karena dia menjadi penghancur akad. Dan kalian belum menjadi orang yang alim sampai kalian mengamalkan. Dan kalian juga belum menjadi orang yang beriman (dengan sempurna) sampai kalian menjadi orang yang bertakwa.

Semoga Bermanfaat
Baca juga :




Subscribe to receive free email updates:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *