Pertanyaan dari Rigen (Komedian): Bagaimana cara seorang komedian menjaga niat dan batas agar humor yang disampaikan tetap bernilai baik dan tidak menjauhkan diri dari Allah?
Seorang komedian memiliki ladang dakwah yang unik dan luas. Dalam acara "Heart to Heart," Al Habib Umar bin Hafid memberikan tiga panduan utama agar profesi yang mengundang tawa ini tetap menjadi ibadah yang mendatangkan pahala.
1. Niat yang Lurus: Menggembirakan Kaum Mukmin. Niat pertama dan utama haruslah untuk memberikan kegembiraan, menyenangkan hati kaum mukmin, serta membantu mereka keluar dari kesedihan dan stres duniawi. Niat ini secara langsung bernilai sedekah.
2. Jaga Batasan: Hindari Caci Maki dan Menyinggung. Humor harus memiliki batasan yang jelas, yaitu tidak mengandung unsur caci maki, makian, atau hal-hal yang menyinggung perasaan orang lain. Kesenangan yang diciptakan tidak boleh merugikan atau melukai hati sesama.
3. Sisipkan Cahaya Allah (Pesan Kebaikan). Hendaknya komedi tidak sekadar hiburan kosong, tetapi dikemas sedemikian rupa sehingga secara tersirat mengandung cahaya Allah. Pesan ini bisa berupa ajakan untuk mendekat kepada-Nya atau meninggalkan keburukan, yang disampaikan dengan kemasan yang ringan dan menghibur.